Breaking News

about

Blogger news

ASSALAMUALAIKUM.. SALAM SIPIL SEMUANYA.. SEMOGA BLOG INI BERMANFAAT

Rabu, 28 Januari 2015

surat keterangan kurang mampu

RUKUN TETANGGA 10
KELURAHAN SUKA MISKIN
KECAMATAN KURANG KAYA

 SURAT KETERANGAN
Nomor :           / RT10-SSK/III/2014


Saya yang bertanda tangan dibawah ini Ketua RT 10 Kelurahan Suka Miskin Kecamatan Kurang Kaya, menerangakan bahwa :
            Nama             : Anto
            TTL                : Samarinda, 10 Desember 1997          
            Pekerjaan       : Mahasiswa
            Alamat           : Jalan Cicang Keling
Yang bersangkutan adalah warga RT 10 Kelurahan Suka Miskin Kecamatan Kurang Kaya dengan ini menerangkan bahwa nama tersebut diatas adalah berasal dari keluarga tidak mampu. Surat keterangan ini dipergunakan sebagai syarat untuk mengurus beasiswa.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.


Samarinda, 1 Maret 2014
Ketua RT


     Jarwo Kuat


Read more ...

Jumat, 12 Desember 2014

“IDE INDONESIA UNTUK SIGAP GEMPA”

“AKU PEDULI GEMPA”

Artikel ini saya tulis dengan merangkum hasil penelitian pribadi untuk konstruksi tahan gempa serta menjabarkan hasil penemuan para pakar konstruksi tahan gempa.

Mengamati sejumlah gempa besar yang pernah mengguncang wilayah Indonesia terutama daerah Aceh, sangat terlihat bahwa bangunan di Indonesia dibangun tanpa memperhitungkan daya rusak akibat gempa. Akibatnya pada saat terjadi guncangan gempa, bangunan-bangunan yang tadinya berdiri kokoh dan indah dapat seketika roboh rata dengan tanah karena guncangan gempa yang menerpa.

Kejadian-kejadian tersebut sangat disayangkan terjadi di Negara kita, yang seharusnya lebih siap dalam mengantisipasi bencana gempa namun yang terjadi malah kurang teliti dalam merencanakan konstruksi suatu bangunan, sehingga sering memakan banyak korban akibat kegagalan konstruksi pada saat gempa.

Korban akibat gempa Aceh

Kerusakan dan kesedihan akibat gempa di Aceh
Untuk mengantisipasi jatuhnya korban yang begitu banyak, terutama pada daerah pemukiman yang cukup padat. maka perlu adanya perlindungan dengan menggunakan prinsip teknik yang benar, detail konstruksi yang tahan terhadap gempa serta pendidikan terhadap masyarakat akan pentingnya mendirikan bangunan dengan konsep tahan gempa.
Ada berbagai solusi yang ditawarkan oleh pakar-pakar konstruksi untuk perencanaan bangunan yang tahan terhadap gempa :

1.      GUNAKAN KONSTRUKSI DENGAN MATERIAL YANG RINGAN

Konstruksi dengan material yang ringan dan kenyal dapat meminimalisir bahaya akibat gempa jika terjadi keruntuhan karena bobotnya lebih ringan. Contohnya saja konstruksi kayu dan bambu yang saat ini sudah banyak dikembangkan.
Kayu dan bambu bersifat elastis dapat menjadi referensi untuk membangun hunian yang tahan terhadap gempa serta lebih ekonomis untuk digunakan masyarakat Indonesia.

Rangka plat dengan bambu
Rangka kolom dan sloof menggunakan bambu sebagai tulangan

Selain konstruksi dari bambu, ada juga konstruksi beton hasil inovasi Muhamad Nahrowi mahasiswa Politeknik Negeri Samarinda untuk komponen bangunan yang tahan gempa dengan membuat beton berbahan agregat kasar laterit, dimana dengan penggunaan beton laterit tersebut dapat menghasilkan beton yang lebih ringan namun kuat. Sehingga konstruksi bangunan yang didirikan lebih aman jika terjadi keruntuhan akibat gempa.
Salah satu aplikasi beton laterit adalah dengan dikombinasi dengan pancang galam yang aman terhadap gaya horizontal, seperti pada gambar.



Konstruksi beton laterit kombinasi pancang galam
Dan perlu diingat , “Atap dan dinding sebaiknya memakai bahan-bahan yang ringan. Saat diguncang gempa, momentum bahan-bahan yang ringan saat berayun tidak begitu besar. Benda-benda berat berayun dengan kencang saat diguncang gempa, berisiko tinggi untuk jatuh atau roboh”

2.      DIRIKAN BANGUNAN DENGAN BENTUK YANG SIMETRIS

Mendirikan bangunan dan komponen bangunan dengan bentuk yang simetris dalam ilmu pembebanan sangat baik dikarenakan beban yang terjadi dapat terbagi rata dan menyeluruh, sedangkan apabila menggunakan bentuk yang tidak beraturan akan terjadi pembebanan di salah satu atau sebagian titik saja. Akibatnya bagian yang menerima beban terbesar akan terjadi crack atau runtuh pada saat terjadi gempa.
Contoh pondasi yang baik


“Bangunan yang simetris akan disayang bumi dan aman gempa”

3.      PERHATIKAN SISTEM KONSTRUKSI UTAMA

Konstruksi rumah tahan gempa harus diperhatikan struktur pondasi, kolom, balok dan struktur atapnya harus menyatu dan saling mengikat dengan benar dan sangat kokoh.
Selain ikatan yang kokoh, harus diperhatikan juga ikatan pembantu seperti ikatan silang atau stek yang menambah kekuatan dari struktur bangunan yang dibuat.


Gambar ilustrasi di atas menerangkan bahwa pondasi dengan sloof harus menyatu dengan bantuan stek besi, agar pada saat terjadi guncangan gempa konstruksi tersebut menyatu sempurna dan kuat menahan gaya gempa yang bekerja.

4.      HARUS ADA JALUR EVAKUASI DALAM BANGUNA


Melihat banyaknya korban yang diderita penduduk Indonesia pada saat terjadi gempa, baik gempa kecil sampai gempa besar. Didapatkan kenyataan bahwa bangunan yang didirikan tidak memiliki jalur evakuasi apabila terjadi gempa, oleh karena itu perencanaan bangunan hunian maupun gedung harus memiliki jalur evakuasi yang aman sehingga penghuni bangunan dapat selamat pada saat terjadi bencana.



       Selain poin diatas, ada juga konstruksi yang cocok untuk menghadapi gempa yaitu:
A.      Menggunakan konstruksi pondasi sarang laba laba agar pondasinya kuat menopang beban  dengan optimal
B.      Menggunakan konstruksi dinding dengan bata ringan yang dibantu dengan wiremesh
C.      Menggunakan pondasi dengan sistem sendi dan roll
D.      Menggunakan konstruksi beton bola-bola spyrofoam.


Beton dengan bola bola spyrofoam

Dari ulasan diatas, apabila saran-saran dan syarat  dilakukan dengan benar pada saat perencanaan bangunan tahan gempa, maka Indonesia akan lebih siap menghadapi bencana gempa bumi dengan jumlah korban yang minim bahkan bisa terselamatkan semua penghuninya, sehingga tidak ada duka kelam pada penduduk Indonesia akibat kegagalan konstruksi pada saat gempa.
Dan yang paling penting adalah semua saran dan konstruksi bangunan gempa yang ditawarkan, yang paling utama adalah kita harus memberikan PENDIDIKAN AKAN BAHAYA GEMPA kepada masyarakat kita agar lebih pandai dalam mendirikan bangunan yang aman terhadap GEMPA.

Tolong di share ya jika kalian peduli terhadap sesama !!!

“INDONESIA MELEK KONSTRUKSI TAHAN GEMPA


Read more ...

Kamis, 21 Agustus 2014

Rumah Dayak Kalimantan

Rumah adat dayak kalimantan

Rumah adat suku Dayak disebut juga rumah betang. suku Dayak yang notabennya hidup berkelompok tinggal dalam 1 rumah yang besar,biasanya dalam 1 rumah terdapat beberapa kepala keluarga dan keluarganya. Saya sendiri pernah melihat langsung bagaimana rumah adat suku Dayak ini saat berkunjung ke pedalaman Kalimantan timur. Rumah yang sangat luas dan berbentuk panggung ini tingginya berkisar 3-5 meter dari permukaan tanah. Rumah suku Dayak ini berbentuk panggung di karenakan agar terhindar dari banjir pada saat musim penghujan dan menghindari dari serangan binatang buas. Adapun beberapa bagian dari rumah adat suku Dayak yang saya ketahui yaitu :

Terdapat sebuah anak tangga untuk naik atau masuk ke dalam rumah. anak tangga ini biasanya berjarak 3-5 meter dari permukaan tanah , sehingga dapat mempermudah orang-orang untuk masuk ke dalamnya.


Bale pada rumah betang  ini  berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
Bale pada rumah betang  memiliki interior yang sangat indah , karena di setiap dindingnya terdapat ukiran-ukiran,atau lukisan yang sangat indah.

Pada bagian bawah rumah betang ini terdapat tiang-tiang penyangga, masyarakat suku Dayak sendiri  mengolah tiang-tiang tersebut menjadi sebuah karya seni yang indah seperti mengolahnya menjadi sebuah patung seperti gambar di atas. hal ini membuat estetika rumah adat suku Dayak menjadi sangat indah.
ini adalah salah satu interior ruangan rumah adat suku Dayak. terdapat tiang penyangga d tengah ruangan yang membuat ruangan menjadi tidak nyaman , hal ini di sebabkan karena jarak ruangan  itu sendiri yang terlalu luas.

Dapat di simpulkan bahwa rumah adat suku dayak yang di sebut betang ini memiliki ciri khas yang sangat unik dan berbeda dari rumah adat lainnya karena memiliki fungsi-fungsi dan seni-seni pada setiap bagian rumah itu sendiri .
Read more ...

Senin, 11 Agustus 2014

SMK N 2 SAMARINDA JUARA 2 : MUHAMAD NAHROWI

SMK NEGERI 2 SAMARINDA JURUSAN KONSTRUKSI BATU BETON JUARA 2 LOMBA LKTBMT ITN MALANG:
ANGGOTA : MUHAMAD NAHROWI (KETUA) , REZA DELIZAR DAN ABDUL KARIM SIDIK

Gempa bumi yang terjadi belakangan ini di dalam dan luar negeri menimbulkan efek kerusakan serta kerugian miliaran hingga triliunan rupiah. Efek kerusakan akibat gempa pada bangunan gedung sangat ditentukan oleh berat bangunan. Makin berat bangunan maka makin besar gaya gempa yang harus ditahan bangunan tersebut.

Makin besar gaya gempa makin mahal pula bangunan bangunan tersebut. Karena untuk menahan gaya gempa yang besar diperlukan kekuatan struktur penahan gempa yang lebih mahal. Faktor material dan struktur sangat berpengaruh pada ketahanan bangunan terhadap gempa. Struktur yang fleksibel dan dinamis, akan memberikan pergerakan yang dinamis pula saat terjadi guncangan. Semakin ringan material, akan semakin baik juga dalam meminimalisasi resiko bangunan ambruk. Para ahli struktur dalam merencanakan bangunan selalu berusaha untuk memperkecil berat bangunan yaitu dengan memperkecil dimensi penampang balok, kolom plat dengan Meningkatkan Mutu Beton. Beton merupakan salah satu elemen penting dalam struktur bangunan, baik bangunan sederhana sampai bangunan tingkat tinggi. Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat per satuan volume tidak lebih dari 1900 kg/m3. Beton ringan tidak berfungsi sebagai penahan beban seperti hebel, listplank, dinding partisi, plafond/eternit datar atau atap gelombang. Keuntungan beton ringan yaitu memiliki berat yang ringan. Keunggulan utama beton ringan terletak pada berat.
Apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise building) akan dapat secara signifikan mengurangi berat bangunan itu sendiri, yang selanjutnya berdampak pada perhitungan pondasi. Kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak dianjurkan penggunaan untuk penguatan (struktural). Pada proses pembangunan yang berkelanjutan serta semakin meningkatnya perkembangan dan kemajuan pembangunan dengan menggunakan beton sebagai bahan strukturnya, maka diperlukan inovasi untuk membuat bangunan yang semakin ringan namun memiliki kualitas lebih baik. Untuk itulah maka Semen Gresik bekerjasama dengan Institut Teknologi Nasional di Malang (ITN) menggelar “Lomba Kuat Tekan Beton Ringan Mutu Tepat Tingkat Nasional.
Beton Ringan Mutu Tepat memiliki arti ketepatan mencapai mutu yang telah ditentukan dengan berat beton yang lebih ringan dibandingkan dengan berat beton normal. Target lomba ini adalah para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan Bangunan di seluruh Indonesia yang banyak berkaitan dengan semen. Hal ini mengingat dalam proses pembangunan berkelanjutan memerlukan generasi muda kokoh serta berintelektual. Lomba membidik siswa SMK guna menggali potensi dan kreatifitas yang ada dalam berinovasi. Diharapkan para siswa mampu beradaptasi dan bersaing di dunia kerja nantinya serta untuk berkompetensi dalam memasuki perguruan tinggi yang diminati. Lomba yang diawali dengan membuat benda uji menggunakan Semen Gresik tersebut. Setelah dilakukan percobaan-percobaan, menuliskannya dalam sebuah makalah, baru dilakukan pengujian kuat tekan beton. Hasilnya kemudian dipresentasikan di depan dewan juri serta seluruh peserta untuk nominasi lima besar pada 12 Februari lalu. Penjurian yang dilakukan juga oleh Semen Gresik diwakili oleh Tri Eddy Susanto. Juara I direbut SMK Teknologi Balung Jember (menggunakan fly ash sebagai bahan campuran benda ujinya).
Juara II menjadi milik SMKN 2 Samarinda (menggunakan tanah laterit yang kaya besi dan aluminium). Juara III diraih SMKN 2 Ngawi (menambahkan filler ampas tebu). Harapan 1 direbut SMKN 2 Yogyakarta (pasir dari erupsi gunung merapi dan menggunakan agregat kasar berupa limbah PVC dan tempurung kelapa). Harapan 2 diraih SMKN 1 Denpasar (menambahkan arang, bata merah dan batu apung). Lomba diikuti oleh 23 grup dari Jawa Timur, Bali, Kalimantan, Jateng dan Sumatera. Setiap grup terdiri dari 3 peserta dan satu guru pembimbing. Kegiatan berakhir pukul 16.30 yang membawa suatu kenangan terindah bagi peserta serta membawa nama harum bagi sekolah masingmasing. Acara ini digelar setiap tahun mulai tahun 2009 hasil kerjasama Semen Gresik dan ITN.
Read more ...

Rabu, 02 Juli 2014

jurus sidang tugas akhir


Muhamad Nahrowi


10 Tips Menghadapi Sidang Tugas Akhir di 

Jurusan Teknik Sipil


Minggu-minggu ini lagi zamannya sidang tugas akhir (TA). Ini ada beberapa tips yang dapat disimpulkan selama memperhatikan beberapa sidang teman-teman di prodi tercinta Teknik Sipil (+ pengalaman pribadi tentunya :D).
1. Pahami dengan baik pekerjaan yang kita lakukan dan kalimat-kalimat yang ditulis di draft TA. Ya iya lah,, secara itu kerjaan kita,, ya harusnya kita yang paling tahu.
2. Jangan sampe nggak belajar sebelum sidang, ini saran dari pembimbing saya. Teori-teori yang berkaitan dipahami lagi, latihan presentasi, dan tambahan : yang tidak kalah penting adalah latihan tanya jawab. Coba prediksi pertanyaan apa yang kira-kira akan muncul, misalnya kenapa dalam desain anda memilih A, bukannya B?? Lalu coba jawab dengan bahasa yang mudah dipahami.

3. Pastikan jadwal sidang kapan dan di mana, siapa pengujinya. Bisa fatal kalau salah jadwal dan tempat :D
4. Oh ya,, coba lihat lagi background penguji. Mata kuliah apa yang beliau-beliau ajarkan? Karena terkadang pertanyaan yang ditanyakan penguji tiba-tiba mengarah ke mata kuliah yang beliau ajarkan, walaupun terkadang agak sedikit menyimpang dari topik TA kita. Ada teman yang topiknya tentang routing, tapi tiba-tiba ditanyai soal antena *berhubung pengujinya emang ahli di antena*. Ada juga yang topiknya tentang microwave, tapi tiba-tiba ditanya soal sistem komunikasi optik *kebetulan yang nanya mengajar kuliah tsb*
5. Ingatkan pembimbing jadwal sidang kita. Bahaya kalau sampe pembimbing nggak datang,, bisa-bisa terjadi peristiwa yang teman saya menamakannya “2 kali (H-1)” :mrgreen:
6. Harus cukup tidur sebelum sidang, biar fresh gitu …
7. Berpakaian yang formal, rapi, enak dilihat lah pokoknya!
8. H-1 sampai D-1 –> biasanya panik dan grogi! Don’t panic! Kepanikan terkadang bisa merusak suasana, misalnya tiba-tiba kancing baju copot, ataupun kesialan-kesialan lain yang seharusnya tidak perlu.
9. Saat presentasi dan tanya jawab, yang penting adalah kita percaya diri, tegas, dan menyakinkan para penguji. Menurut saya, kunci STA adalah di sini. Kembali ke poin 1, ini kan pekerjaan kita sendiri, jadi seharusnya yang paling tahu pekerjaan ini adalah kita. Beberapa dosen juga menghargai kalau kita berusaha untuk mempertahankan pendapat kita. Tapi ya kalau kita memang salah, tidak perlu memaksakan diri untuk mempertahankan pendapat…
10. Terakhir, tapi penting. Berdoa kepada Sang Pencipta agar dilancarkan sidangnya.
Semoga bermanfaat.
dan semoga kita lulus semua ya kawan.. jangan kalah dengan dosen penguji
WAJIB LULUS.. Aamiin



Read more ...

ISOLASI SENYAWA FLAVANON DARI DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) DAN UJI ANTIOKSIDAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN PEREAKSI DPPH

Muhamad Nahrowi
mengutip dari Septiani Martha1, Adek Zamrud Adnan2, Erjon1
2Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang

ISOLASI SENYAWA FLAVANON DARI DAUN SIRSAK
(Annona muricata L.) DAN UJI ANTIOKSIDAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN PEREAKSI DPPH

Septiani Martha1, Adek Zamrud Adnan2, Erjon1
1STIFI Bhakti Pertiwi, Palembang
2Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang
Email address: Thatha39martha@yahoo.com

ABSTRAK
Telah diisolasi senyawa flavanon dan uji antioksidannya dari daun sirsapk (Annona muricata L.) dengan metode spektrofotometri dan pereaksi DPPH. Proses isolasi dilakukan secara maserasi, kemudian difraksinasi dengan n-heksan, diklormetana, diklormetana basa, etil asetat. Pada pemeriksaan komponen dengan kromatografi lapis tipis, spektrofotometri (UV dan IR) dan aktivitas antioksidan dengan menggunakan spektrofotometri radikal bebas DPPH, dari hasil penelitian diperoleh pola spektrum UV didapatkan puncak pada panjang gelombang maksimum 223 nm dan 279,5 nm, sedangkan hasil spektrum IR menunjukan adannya gugus OH, gugus C-H, gugus C=O, gugus C=C, gugus C-O. Pengujian antioksidan senyawa hasil isolasi didapatkan IC50 sebesar 25,6 ppm sedangkan IC50 dari senyawa pembanding vitamin C sebesar 23,25ppm. Berdasarkan pengujian dengan pereaksi flavonoid, data spektrum UV dan IR, komponen tersebut diduga senyawa flavanon dan mempunyai aktivitas antioksidan.
Kata Kunci : Flavanon, Annona muricata, Antioksida


ABSTRACT
An antioxidant flavanon of Sirsak leaves has been isolated. The isolation process is done by maceration, then fractionated by n-hexane, diklormetana, diklormetana base, and ethyl acetate. The identification of compounds used thin-layer chromatography, spectrophotometri (UV & IR) and antioxidant activity by DPPH methode. From the experimens showed UV spectra give wavelength 223 nm and 279,5 nm and spectra have he the presence of OH, C-H, C=O, C=C, and C-O bond. The spectrophotometry examination of antioxidant activity from isolated compound obtained IC50 = 25,6ppm, while IC50 of literature in 23,25ppm.as comparation. Based on examination with flavonoid reagen and data of UV and IR spectra, this compound  supposed as flavanon and has the antioxidant activity.
Keywords : Flavanon, Annona muricata, Antioxidant




PENDAHULUAN
            Radikal bebas bersifat reaktif, dan jika tidak diinaktifkan akan dapat merusak makromolekul pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat, sehingga dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Pada penelitian lebih lanjut telah diteliti bahwa sekitar 40 penyakit mencakup aterosklerosis, hipertensi, iskemik, alzheimer, parkinson, kanker dan peradangan disebabkan oleh radikal bebas (Youngson, 2005).
            Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim katalase, glutathione peroxidase, dan superoxide dismutase. Namun jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk. Antioksidan memiliki kemampuan menghambat, menangkap dan mencegah pembentukan radikal dengan cara memutuskan reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan, selain itu antioksidan juga bekerja memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas (Youngson, 2005).
            Berdasarkan referensi ilmiah, diinformasikan bahwa daun sirsak diklaim mempunyai potensi antikanker 10.000 lebih kuat dibandingkan obat antikanker konvensional seperti doxorubisin (Mclaughin, 2008). Adapun senyawa yang berperan adalah senyawa sitotoksik seperti senyawa golongan acetogenin, alkaloid isoquinolin, serta alkaloid swainsonin. Selain itu, diinformasikan juga dari alkaloid swainsonin yang terkandung pada daun sirsak, memiliki efek samping neurotoksin yang menyebabkan gangguan bergerak (penyakit parkinson) (Mohanty, et al., 2007). Selain memiliki aktivitas antikanker, daun sirsak juga memiliki aktivitas antioksidan, adapun senyawa berperan adalah golongan senyawa fenolik seperti asam fenolat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam ferulat (Ideasanti, 1995).
            Berdasarkan informasi dan referensi yang didapat, peneliti ingin mencari fraksi dari daun sirsak yang tidak memiliki kandungan alkaloid berbahaya yang diduga alkaloid swainsonin sehingga aman dan efektif digunakan untuk pengobatan, memiliki aktivitas antioksidan yang kuat serta masih memiliki aktivitas antikanker sehingga dapat menghambat pembentukan sel kanker.
            Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan fitokimia dan pendekatan farmakologi, pendekatan fitokimia dilakukan dengan mengidentifikasi metabolit sekunder dari berbagai fraksi ekstrak dan memisahkan fraksi yang mengandung alkaloid yang diduga alkaloid swainsonin dengan pengujian menggunakan kromatografi lapis tipis. Sedangkan pendekatan farmakologi antikanker dilakukan dengan uji antioksidan dengan metoda DPPH serta dilanjutkan dengan pemisahan dan pemurnian dengan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis preparatif, karakteristik senyawa hasil isolasi secara fisikokimia dengan spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometer IR (Gritter et al, 1991).



METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
            Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2012 di Laboratorium Penelitian Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang, di Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Laboraturium Analisa Fisiko Kimia Jurusan Farmasi Universitas Andalas Padang.
Alat dan Bahan
            Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lumpang dan mortir, tabung reaksi, seperangkat alat destilasi uap, plat tetes, corong pisah, EYELA rotary evaporator SB-1000, beker gelas, gelas ukur, buret, pipet gondok, vial, botol semprot, pengaduk kaca, erlenmeyer, timbangan analitik, timbangan neraca 1kg, seperangkat alat Spektrum UV-1700 PharmaSpec (SHIMADZU), chamber, pipa kapilar, lampu UV-BETRACHTER (CAMAG), alat vakum, oven multi King MK 16, kromatografi kolom, kaca masir, lumpang agate, Thermo Scientifik: Nicolet iS10 dan alat-alat gelas lainnya.
            Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : simplisia folium Annona muricata L 1 kg, kloroform, kloroforom amoniak, pereaksi mayer, H2SO4 2N 0,5 ml, etanol 96 %, serbuk Mg, HCl Pekat, aquadest, FeCl3, asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat, pasir bersih, norit, metanol destilat, heksan destilat, diklormetana, destilat, etil asetat destilat, asam asetat 5%, Na sulfat eksikatus, serbuk DPPH, plat KLT silika gel GF254, silika gel60, penampak bercak yakni iodium, sitrus borat, amoniak, pereaksi Dragendorff, serbuk KBr.

PROSEDUR PENELITIAN
Pengambilan Sampel
            Tumbuhan diambil dari KTO (Kebun Tanaman Obat) Universitas Andalas, Sumatera Barat, sampel yang digunakan adalah simplisia segar daun sirsak. Kemudian dilakukan identifikasi tumbuhan sirsak di Herbarium Universitas Andalas.
daun sirsak

Penyiapan Sampel
            Sebanyak 1 kg sampel yang segar dari daun sirsak ini disortasi basah yakni dipisahkan dari pengotor atau bagian yang tidak diinginkan, tahap ini dilakukan secara manual. Setelah itu, sampel di cuci bersih untuk menghilangkan pengotor yang masih tersisa. Kemudian sampel dirajang dengan menggunakan pisau atau alat yang bukan logam seperti kaca atau pisau stainless steel. Proses pengeringan tidak dilakukan karena yang diambil pada penelitian ini adalah simplisia basah dari daun tumbuhan sirsak.
Identifikasi Metabolit Sekunder
Pengujian fitokimia dilakukan dengan pemeriksaan alkaloid (Culvenor And Fitzgerald, 1963), flavonoida (Simes, J.J.H., Melbourne, 1959), terpenoid, pemeriksaan saponin, Steroid, saponin dan senyawa fenol (Simes, J.J.H., Melbourne, 1959). Hasil yang diperolah adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Identifikasi Metabolit Sekunder

Metabolit Sekunder
Pereaksi
Hasil
Alkaloid
Pereaksi Mayer
+
Flavonoid
Mg/HCl
+
Fenolik
FeCl3
+
Terpenoid
Liebermann-Burchard
-
Steroid
Liebermann-Burchard
-
Saponin
Kocok
-

Ekstraksi dan Fraksinasi
          Daun sirsak 1 kg dalam keadaan segar yang telah dirajang lalu dimaserasi dengan menggunakan metanol sebanyak 3x selama 4 hari ± 10 L. Kemudian disaring, didapat ampas dan sari metanol, sari metanol diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental yang bebas dari metanol, kemudian ditimbang didapat ekstrak kental sebanyak 22,8 g. Setelah itu, diencerkan dengan air hanggat 300ml kedalam ekstrak kental tadi kemudian disaring dengan kapas.
          Diperoleh fraksi air, fraksi air diambil 100 ml kemudian dilarutkan dengan asam asetat 5% sebanyak 50 ml lalu dikocok dan dienaptuangkan, kemudian dibasakan dengan amoniak pekat kurang lebih 10ml hingga pH 10, selanjutnya larutan difraksinasi dengan larutan DCM 3 x 300 ml maka didapatkan fraksi diklormetana (DCM) basa, selanjutnya disaring dengan Na2SO4 eksikatus. Fraksi diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kering dari fraksi DCM basa dengan berat 0,1366 g. Kemudian fraksi air yang tersisa, dinginkan, dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan heksan sebanyak 300ml, dikocok dengan corong pisah selama 15 menit, setelah didiamkan maka akan terbentuk 2 lapisan didalam larutan tersebut dimana bagian atas heksan dan lapisan bawah fraksi air, lapisan heksan dipisahkan. Fraksi air kembali dikocok dengan heksan 2 x 300 ml. Kumpulan fraksi heksan disaring dengan Na2SO4 eksikatus, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator, maka akan didapatkan ekstrak kering heksan, dengan berat 1,4617g. Sisa fraksi air, dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan DCM sebanyak 300 ml, dikocok dengan corong pisah selama 15 menit, setelah didiamkan maka akan terbentuk 2 lapisan didalam larutan tersebut dimana bagian atas fraksi air dan lapisan bawah larutan DCM (Diklormetana), lapisan DCM dipisahkan. Fraksi air kembali dikocok dengan DCM 2 x 300 ml. Kumpulan fraksi DCM, disaring dengan Na2SO4 eksikatus, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator, maka didapatkan ekstrak kering DCM, dengan berat 1,1087g
       Kemudian sisa fraksi air, dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan etil asetat sebanyak 300 ml, dikocok dengan corong pisah selama 15 menit, setelah didiamkan maka akan terbentuk 2 lapisan didalam larutan tersebut dimana bagian atas larutan etil asetat dan lapisan bawah fraksi air, lapisan etil asetat dipisahkan. Fraksi air kembali dikocok dengan etil asetat 2 x 300 ml. Kumpulan fraksi etil asetat disaring dengan Na2SO4 eksikatus, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator, maka didapatkan ekstrak etil asetat kering, dengan berat 2,074 g
Identifikasi Flavonoid dan alkaloid dengan KLT
Tujuan melakukan identifikasi flavonoid dan alkaloid dengan KLT preparatif adalah untuk mengetahui pada ekstrak kering mana yang mengandung flavonoid dan alkaloid.
Identifikasi Flavonoid dengan KLT
            Ekstrak kering dilarutkan sedikit dengan pelarut masing-masing lalu ditotolkan pada plat KLT silika gel F254­ dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1 cm. Fase gerak yang digunakan ialah asam asetat 5%: air (1:9) dalam 10 ml dan DCM metanol (8:2). Fase gerak dimasukkan dalam chamber lalu dijenuhkan, masukkan KLT yang sudah ditotol biarkan terjadi elusi, kemudian diangkat plat KLT dengan menggunakan pinset sebelum batas atas plat keringkan. Setelah kering ditotolkan FeCl3 atau sitrus borat dengan menggunakan kapas lalu pelat dilihat di bawah lampu UV, positif flavonoid ditunjukkan bercak warna hitam atau kuning pada plat (Harbone, J. B., 1987).
Identifikasi Alkaloid dengan KLT
            Ekstrak kering dilarutkan sedikit dengan pelarut masing-masing lalu ditotolkan pada plat KLT silika gel F254­ dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1 cm. Fase gerak yang digunakan ialah campuran metanol: larutan ammonia 25% (200: 3) dalam 10 ml dan DCM: Metanol (8:2) dalam 10ml. Fase gerak dimasukkan dalam chamber lalu dijenuhkan, dimasukkan KLT yang sudah ditotol biarkan terelusi. Diangkat KLT dengan menggunakan pinset sebelum batas atas plat keringkan. Setelah kering ditotolkan pereaksi Dragendorff dengan menggunakan kapas lalu plat dilihat di bawah lampu UV. Positif alkaloid ditunjukkan bercak warna jingga dengan latar belakang kuning. Selain fase gerak diatas bisa juga digunakan fase gerak campuran metanol: diklormetana (Djamal, 2010).
Tabel 2. Hasil Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder dengan KLT Silika Gel GF254dan Pengujian dengan Sianidin Test
Fraksi
Alkaloid
(P. Dragendorff)
Flavonoid

Fenolik
(FeCl3)
(Sitrus borat)
Sianidin Test
n-Heksan
-
-
-
-
DCM
+
-
-
+
-
Etil Asetat
-
+
+
DCM basa
+
-
-
-

Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH
Pembuatan Reagen DPPH
            Serbuk DPPH ditimbang lebih kurang 9,8575 mg menggunakan timbangan analitik dimasukkan ke dalam labu ukur 250ml dilarutkan dalam 100 ml metanol destilat, kemudian dikocok sampai larutan homogen berwarna violet. Kemudian metanol destilat diteteskan ke dalam labu hingga batas volume 250 ml. Labu ditutup rapat dengan penutupnya, kemudian dikocok sampai larutan homogen berwarna violet, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100µM. Pengerjaannya dilakukan ditempat yang terlindung dari cahaya.
Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH
            Larutan DPPH yang telah dibuat dipipet sebanyak 3,8 ml dan ditambahkan 0,2 ml metanol mengunakan pipet mikro. Larutan DPPH dikocok pelan hingga homogen dan dibiarkan selama 30 menit ditempat yang terlindung dari cahaya. Larutan campuran DPPH dengan metanol dimasukkan ke dalam kuvet dan diuji serapannya menggunakan alat spektrofotometri dan serapan larutan diukur dengan spektrofotometri visibel pada panjang gelombang 400-800 nm. Maka didapatkan panjang gelombang 515,8 nm dengan Absorbansi 0,712.
Penentuan IC50 Fraksi Etil Asetat Daun Sirsak
Pembuatan Larutan Sampel
            Fraksi ekstrak kering ditimbang sebesar 10 mg (untuk DCM dan etil asetat), dan ditimbang 0,5 mg (untuk etil asetat), di dalam vial 10 ml yang telah dinolkan pada timbangan analitik. Setelah itu dilarutkan dengan metanol 5 ml, vial digoyang sampai larutan uji telah homogen, metanol diteteskan ke dalam vial hingga 10ml yang segera ditutup rapat, vial dikocok secara bolak balik sampai larutan telah homogen secara visual. Dilakukan pemipetan kedua sebanyak 5ml, larutan uji tersebut dimasukkan ke dalam vial kedua dan dilarutkan dengan metanol hingga 10ml. Dilakukan pemipetan sampai didapatkan 5 konsentrasi. Konsentrasi larutan uji yang didapatkan dari kelima pengenceran tersebut adalah sebesar 1, 0,5,  0,25,  0,125,  0,0625,  dan 0,03125 mg/ml. Sementara DCM basa ditimbang 6 mg yang dilarutkan dalam 6 ml metanol destilat yang segera ditutup rapat, vial dikocok secara bolak balik sampai larutan telah homogen secara visual. Dilakukan pemipetan kedua sebanyak 3 ml, larutan uji tersebut dimasukkan ke dalam vial kedua dan dilarutkan dengan metanol hingga 6 ml, dilakukan pengenceran sampai 5 konsentrasi, dibuat dengan konsentrasi yang sama dengan fraksi etil asetat dan DCM.

Penentuan Aktivitas Antioksidan
            Dipipet 0,2 ml masing-masing larutan sampel dengan berbagai konsentrasi, dimasukan kedalam vial, ditambah 3,8 ml larutan DPPH 100µM, dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap. Serapan diukur dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum DPPH yakni 515,8 nm. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan sebanyak dua kali pengulangan untuk masing-masing konsentrasi larutan sampel kemudian dianalisa dengan regresi dan korelasi inhibisi (I) terhadap konsentrasi
            Menurut Ariyanto cit. Armala (2009), tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji menggunakan metode spektofotometri dengan pereaksi radikal bebas DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC50.

Tabel 3. Absorbansi Sari DCM, Sari Etil Asetat dan Sari DCM Basa Pada Berbagai Konsentarasi
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
DCM
DCM basa
Etil asetat
1000
0.136
0.06
0.037
500
0.281
0.127
0.056
250
0.407
0.316
0.077
125
0.476
0.446
0.086
62,5
0.526
0.517
0.118

Tabel 4. Hubungan Konsentrasi Sari DCM, Sari Etil Asetat dan Sari DCM Basa dengan Data Hasil Uji Antioksidan

Konsentrasi
(ppm)
Persen Inhibisi Sampel
DCM(%)
DCM basa(%)
Etil asetat(%)
1000
80,899
91,573
94,803
500
60,534
82,163
92,134
250
42,837
55,618
89,185
125
33,146
37,359
87,921
62,5
26,124
27,388
83,427
Y Persamaan
y = 0.057x + 26.52
y = 0.067x + 32.83
y = 0.010x + 85.51
R2
R² = 0,970
R² = 0,849
R² = 0.824
Tabel 5. Hubungan Konsentrasi Sari Etil Asetat dengan Data Hasil Uji Antioksidan
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
Persen Inhibisi (%)
Y Persamaan
R2
50ppm
0,111
84,41
Y = 1.651x + 0.005
0,993
25ppm
0,444
37,64
12,5ppm
0,569
20,084
6,25ppm
0,643
9,691
3,125ppm
0,654
8,146

Isolasi Flavonoid Fraksi Etil Asetat dengan Kromatografi Kolom dan KLT Preparatif
Kromatografi Kolom Fraksi Etil Asetat Daun Sirsak
            Isolasi senyawa dilakukan terhadap fraksi etil asetat daun sirsak dengan menggunakan metoda kromatografi kolom, yang sebelumnya dianalisa dengan KLT menggunakan fase diam silika gel GF 254, fasa gerak metanol dan diklorometana (DCM) dengan perbandingan tertentu. Sebagai penampak bercak digunakan lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm, setelah didapatkan pelarut yang cocok untuk memisahkan komponen-komponen yang ada dalam senyawa tersebut, selanjutnya dilakukan pemisahan secara kromatografi kolom. Pada pemisahan awal ini pelarut yang digunakan sebagai fase gerak adalah campuran pelarut yang memiliki perbandingan tertentu. Pelarut yang digunakan adalah gerak metanol dan diklorometana. Fraksi etil asetat sebanyak 400mg dikromatografi vakum cair (flash chromatography) dengan fase diam silika gel 60 ukuran 43-60 µm dan fase geraknya metanol dan diklorometana (DCM). Silika gel disuspensikan dengan metanol dan diklorometana. Suspensi silika gel dimasukkan kedalam kolom berupa tabung kaca yang ujungnya terdapat kapas dan pastikan silika di dalam kolom menjadi padat sambil diketok-ketok dan tidak ada rongga udara. Sampel disiapkan secara preabsorbsi dengan melarutkannya dalam metanol dan DCM. Usahakan sampel harus benar-benar melarut pada fase gerak. Sampel yang telah larut dimasukkan merata ke dalam kolom kromatografi kemudian dielusi dengan fase gerak yang kepolarannya ditingkatkan secara bertahap. Pengelusi yang digunakan sebagai berikut:
            Metanol : Diklormetana          1 : 9                 400ml
            Metanol : Diklormetana          2 : 8                 100ml
            Metanol : Diklormetana          2,5 : 7,5           100ml
Fraksi yang keluar ditampung dengan vial yang volumenya rata-rata 20ml, maka didapatkan dari perbandingan metanol : diklormetana 1 : 9 sebanyak 27 vial, perbandingan metanol : diklormetana          2 : 8 sebanyak 6 vial sementara perbandingan fase gerak metanol : diklormetana 2,5 : 7,5 sebanyak 6 vial. Setelah itu tiap fraksi dimonitor dengan KLT menggunakan eluen metanol : diklormetan (2:8), (3:7), (2,5:7,5) dengan penampak bercak lampu UV 254 nm, reagennya amoniak dan sitrus borat. Fraksi dengan pola KLT yang sama atau besar Rf nya yang sama yakni 0,75 digabung yakni pada subfraksi vial 2-23 (1:9). Selanjutnya diuapkan dengan rotary evaporator dan ditimbang beratnya, didapat berat = 116,8 mg, senyawa hasil kolom ini dinamakan senyawa DSK. Kemudian vial 31-33 (2:8) digabung untuk fase gerak (3:7) dan vial 37-39 (2,5 :7,5) digabung untuk fase gerak (5:5). Namun untuk fase gerak kolom metanol : DCM dengan perbandingan (2:8) dan (2,5 :7,5) tidak diidentifikasi lebih lanjut.

Gambar 1. Profil KLT Hasil Elusi dari Kromatografi Kolom pada Fase Gerak Metanol : Diklormetana (DCM) (2:8)

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (Harborne, 1987)
            Fraksi etil asetat yang telah didapatkan dari pemisahan dengan menggunakan kromatografi kolom pada perbandingan fase gerak metanol: diklormetana (1:9), dimana fraksi yang dikumpulkan memiliki Rf yang relatif sama digabung kemudian diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kering selanjutnya ditimbang didapatkan berat 116,8 mg, kemudian dilakukan dilakukan pemisahan lanjutan dengan kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif untuk mendapatkan senyawa yang lebih murni lagi, diambil sedikit dari ekstrak yang ada, dilarutkan dengan metanol. Kemudian ekstrak yang telah larut ditotolkan pada plat KLT dengan ukuran 6,5 x 6,5 cm. Bercak yang terbentuk berupa pita, dengan menggunakan pipa kapiler. Kemudian dikeringkan dan dikembangkan dengan fase gerak untuk KLT preparatif ini adalah metanol: diklormetana dengan perbandingan 2: 8. Plat KLT yang telah terelusi dilihat dilampu UV dengan panjang gelombang 254 nm. Maka akan terlihat bercak berupa pita, kemudian dari plat KLT ini digunting sedikit untuk diuji penampak bercak dengan menggunakan iodium, amoniak, sitrus borat, FeCl3, pereaksi Dragendorff. Sebagiannya dikerok dari plat KLT, kemudian diekstraksi dengan fase gerak yang sama, lalu disaring dengan kaca masir. Hasil ekstraksi diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kering hasil pemisahan dengan kromatografi preparatif disebut dengan senyawa DS dengan berat 5,2 mg. Kemudian dihitung Rf nya maka didapatkan 0,7. Senyawa hasil isolasi berupa serbuk amorf berwarna putih-oranye.
Gambar 2. Profil KLT Preparatif
Tabel 6. Hasil Pengujian Metabolit Sekunder dari KLT Preparatif Pada Fase Gerak Metanol : Diklormetan (2:8) dengan Penampak Warna
Metabolit Sekunder
Penampak Bercak
Hasil
Alkaloid
Pereaksi Dragendroff
-
Flavonoid
Sitrus Borat
+
Fenolik
FeCl3
+

Gambar 3. Hasil Pengujian Metabolit Sekunder dari KLT Preparatif Pada Fase Gerak Metanol : Diklormetan (2:8) dengan Penampak Warna
Pengujian Antioksidan dari Hasil Elusi Fraksi Kromatografi Kolom
Ekstrak etil asetat hasil dari fraksi kromatografi kolom (Senyawa DSK) dilakukan pengujian antioksidan dengan menggunakan metode DPPH, untuk menentukan IC50 dari senyawa yang sedikit lebih murni.
Pembuatan Reagen DPPH
            Serbuk DPPH ditimbang lebih kurang 9,8575 mg menggunakan timbangan analitik dimasukkan ke dalam labu ukur 250ml kemudian dilarutkan dalam 100 ml metanol destilat, kemudian dikocok sampai larutan homogen berwarna violet. Kemudian metanol destilat diteteskan ke dalam labu hingga batas volume 250 ml. Labu ditutup rapat dengan penutupnya, kemudian dikocok sampai larutan homogen berwarna violet, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100µM. Pengerjaannya dilakukan ditempat yang terlindung dari cahaya.
Penetuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH
            Larutan DPPH yang telah dibuat dipipet sebanyak 3,8 ml dan ditambahkan 0,2 ml metanol mengunakan pipet mikro. Larutan DPPH dikocok pelan hingga homogen dan dibiarkan selama 30 menit ditempat yang terlindung dari cahaya. Larutan campuran DPPH dengan metanol dimasukkan ke dalam kuvet dan diuji serapannya menggunakan alat spektrofotometri dan serapan larutan diukur dengan spektrofotometri visibel pada panjang gelombang 400-800 nm. Maka didapatkan panjang gelombang 515,0 nm dengan Absorbansi 0,914.
Penentuan IC50 dari Fraksi Hasil Kromatografi Kolom (Senyawa DSK)
Pembuatan Larutan Sampel
            Senyawa DSK ditimbang sebesar 5 mg di dalam vial yang telah dinolkan pada timbangan analitik. Setelah itu dilarutkan dengan metanol 2,5 ml, vial digoyang sampai larutan uji telah homogen. Metanol diteteskan ke dalam vial hingga 5ml yang segera ditutup rapat. Vial dikocok secara bolak balik sampai larutan telah homogen secara visual.           
Dilakukan pemipetan kedua sebanyak 2,5 ml, larutan uji tersebut dimasukkan ke dalam vial kedua dan dilarutkan dengan metanol hingga 5ml. Dilakukan pengenceran hingga konsentrasi kelima. Konsentrasi larutan uji yang didapatkan dari kelima pengenceran tersebut adalah sebesar 1, 0,5, 0,25, 0,125, 0,0625, 0,03125 dan 0,015625 mg/ml. Senyawa pembanding digunakan vitamin C, dengan konsentrasi yang sama dengan larutan uji.

Penentuan Aktivitas Antioksidan
            Dipipet 0,2 ml masing-masing larutan sampel dengan berbagai konsentrasi, dimasukan kedalam vial, ditambah 3,8 ml larutan DPPH 100µM, dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap. Serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang serapan maksimum DPPH yakni 515nm. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan sebanyak satu kali pengujian untuk masing-masing konsentrasi larutan sampel. Aktifitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal DPPH melalui perhitungan persentasi inhibisi serapan DPPH, kemudian dihitung IC50 dengan menggunakan persamaan linier yang didapatkan dari perbandingan garis lurus antara konsentrasi dan persen inhibisi. Kemudian dilakukan perbandingan dengan senyawa pembanding vitamin C.
Tabel 7. Hubungan Konsentrasi Senyawa DS dengan Data Hasil Uji Antioksidan
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
Persen Peredaman
(%)
Y Persamaan & R2
250
0,038
95,842
Y = 0.218x + 44.42
R² = 0.961

125
0,193
78,884
62.5
0,39
57,330
31.25
0,458
49,890
15.625
0,495
45,842

Tabel 8. Hubungan Konsentrasi Vitamin C dengan Data Hasil Uji Antioksidan
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
Persen Peredaman
(%)
Y Persamaan & R2
250
0,029
96,827
y = 0.237x + 44.49
R² = 0.849

125
0,115
87,417
62,5
0,344
62,363
31,25
0,423
53,719
15,625
0,576
36,98

Spektrofotometri UV-VIS dan Spektrofotometri IR
Identifikasi Spektro UV-Vis dari Hasil KLT Preparatif
            Sebanyak 1 mg senyawa DS dilarutkan dalam 5ml metanol, kemudian diukur serapannya dengan Spektrofotometri dengan panjang gelombang 200 sampai 800 nm. Dari pengukuran akan diketahui λ maks senyawa flavonoid.
Gambar 4. Spektrum UV-VIS Senyawa DS dari Daun Sirsak (Annona muricata L.) dalam Metanol

Identifikasi flavonoid murni dengan Spektrofotometri IR
            Sebanyak 1 mg senyawa DS flavonoid/antosianin murni digerus dengan KBr murni dalam lumpang, kemudian pelet KBr. Dari spektrum IR dapat dilihat bilangan gelombang semua pita serapan yang muncul, data spektrum IR senyawa kemudian dibandingkan dengan data referensi flavonoid.

Gambar 5. Spektrum IR Senyawa DS Daun Sirsak (A.muricata L.) dengan Pelet KBr
HASIL DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan isolasi sebuah senyawa antioksidan dari daun sirsak (Annona muricata L.) yang diharapkan tidak menyebabkan penyakit parkinson. Proses ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut metanol. Sari metanol diuapkan dengan rotary evaporator, kemudian diencerkan dengan air dan  kemudian difraksinasi berturut-turut dengan dengan n-heksan, diklormetana, etil asetat kemudian dengan diklormetana dalam suasana basa. Identifikasi senyawa metabolit sekunder pada masing-masing fraksi menggunakan kromatografi lapis tipis seperti terlihat pada Tabel 1 dan pengujian antioksidan dengan metode spektrofotometri VIS menggunakan pereaksi radikal DPPH seperti terlihat pada Tabel 2. Pemisahan senyawa pada fraksi aktif antioksidan dengan kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel 60 dan fasa gerak campuran diklormetana : metanol dengan kepolaran meningkat dan KLT preparatif dengan fasa diam Silika gel GF254, dengan fasa gerak campuran diklormetana : metanol (2:8). Identifikasi senyawa hasil isolasi dilakukan dengan metoda spektrofotometri UV dan Spektrofotometri IR.
Uji aktifitas antioksidan ekstrak diklormetana, etil asetat, diklormetana dalam suasana basa menunjukkan IC50 berturut-turut 411,929, 30,282, dan 256,3ppm. Sedangkan identifikasi dengan KLT ekstrak diklormetana, etilasetat, diklormetana dalam suasana basa menunjukkan kandungan kimia golongan alkaloid, flavonoid dan fenolik.
Fraksi etil asetat yang mengandung flavonoid dan tidak mengandung alkaloid selanjutnya diisolasi dengan KLT preparatif dengan fasa diam Silika gel60 dan fasa gerak campuran diklormetana : metanol (8:2). Pita kromatogram dengan Rf 0,75 dikerok dan diekstraksi dengan metanol, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator dan didapatkan suatu senyawa flavonoid berupa serbuk amorf dengan warna putih kekuningan. Spektrum UV flavonoid hasil isolasi dalam etanol menunjukkan λ maksimal 223 nm dan 279,5 nm. Sedangkan hasil spektrum IR menunjukan adannya gugus OH, gugus C-H, gugus C=O, gugus C=C, gugus C-O. Pengujian antioksidan senyawa hasil isolasi dengan metoda spektrofotometri VIS dengan pereaksi radikal DPPH menunjukkan IC50 25,6 ppm sedangkan IC50 dari senyawa pembanding vitamin C memberikan IC50  8,25 ppm.
Berdasarkan pengujian dengan penampak bercak sitrus borat, fraksi etil asetat mengandung senyawa flavonoid sedangkan dari data pola spektrofotometri UV dan spektrofotometri IR yang dihasilkan, kemudian dibandingkan dengan literatur, senyawa hasil isolasi termasuk senyawa flavonoid diduga golongan flavanon, dan memiliki aktivitas antioksidannya kuat.
KESIMPULAN                      
1.      Dari pemeriksaan pendahuluan metabolit sekunder pada daun sirsak (A.muricata L.) menunjukan hasil positif alkaloid, flavonoid, fenolik.
2.      Hasil maserasi 1 kg daun sirsak (A.muricata L.) segar dengan metanol didapatkan ekstrak kental 22,8 g. Ekstrak kental difraksinasi dengan n-heksan, diklormetana, etil asetat dan diklormetana dalam suasana basa, didapatkan ekstrak kering berturut-turut 1,4617,  1,1087, 2,074 dan 0,1366g.
3.      Dari pengujian aktivitas antioksidan pada fraksi diklormetana, etil asetat dan diklormetana dalam suasana basa, didapatkan IC50 berturut-turut 411,929, 30,282, dan 256,3 ppm. Sehingga didapatkan fraksi etil asetat yang memiliki aktivitas antioksidan kuat (<50 ppm)
4.      Fraksi etil asetat daun sirsak pada pengujian pendahuluan antioksidan memiliki aktivitas paling tinggi dari fraksi yang lain. Dengan IC50 = 30,282ppm. Sedangkan Fraksi etil asetat daun sirsak yang telah lakukan pemisahan dengan kromatografi kolom (senyawa DSK) memiliki aktivitas antioksidan kuat (<50 ppm) dengan IC50  = 25, 6ppm, sedangkan IC50 vitamin C=23,25ppm.
5.      Berdasarkan hasil identifikasi yang diperoleh dari spektrofotometri UV dan IR, bahwa flavonoid senyawa DS dari daun sirsak (A. muricata L.) diduga senyawa golongan flavanon yang memiliki panjang gelombang maksimum 223 nm dan 279,5nm dan memiliki gugus fungsi OH, C=O, C=C, C-H, dan gugus fungsi C-O.

DAFTAR PUSTAKA
Armala, M. M.. 2009. Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos caudatus H. B. K.) dan Profil KLT, Skripsi, 39, Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Djamal, Rusjdi. 2010. Prinsip-Prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Padang: Universitas Baiturrahman.
Culvenor, C. C. J, dan J. S, Fitzgerald. 1963. A Field Method for Alkaloid Screening of Plant. J. Pharm Sci.
Gritter,R.J., J.M. Bobbit, dan A. E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi, Terbitan kedua, diterjemahkan oleh Kosasih padmawinata. Bandung : ITB.
Harborne, J.B.. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terjemahan K.Padmawinata. Edisi II. ITB Press. Bandung: Halaman 76
Ideasanti. 1995. Telaah Senyawa Fenolik Daun Sirsak, Annona muricata L., Annonaceae. Dept. Farmasi ITB: Bandung.
McLaughlin.2008. Paw-paw and Cancer Annonaceous Acetogenin from Discovery to Comercial Products, Department of Medicinal Chemistry and Molecular Pharmacology, School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Purdue University, 71(7):1311–1321.
Mohanty, Sambeet et al, Annona muricata (Graviola): Toxic or therapeutic, Natural Product Communications, 2008;3(1):31-33).
Simes, J. JH, et al. 1959. An Australian Phaytochemical Survey Saponins and Easter Australian Flowering Plant, Commonwealth Scintific and Industrial Research Organization.Australia
Youngson, Robert. 2005. Antioksidan : Manfaat Vitamin C dan E bagi Kesehatan. Jakarta : Arcan.




Read more ...
Designed By